FILM GERBANG NERAKA: METAFORA NERAKA DARI PURBAKALA NUSANTARA

G E B Y A R F I L M
I N D O N E S I A
GERBANG NERAKA:
METAFORA NERAKA
DARI PURBAKALA NUSANTARA
Oleh Moch.Taufik
Hidayatullah
No. 09 / 22 Feb 18 / Gebyar Film Indonesia
Mengangkat popularitas penelitas eskavasi
situs Gunung Padang yang kabarnya menyimpan struktur piramida raksasa bawah
tanah. Sebagaimana yang dihebohkan selama ini, seandainya saja piramida Gunung
Padang terbukti sebagai temuan piramida tertua yang berdiri di muka bumi, maka
Indonesia telah dijayakan dalam adidaya peradaban sejak era purbakala.
Isue ini yang kemudian diolah menjadi
sebuah film layar lebar yang semula diberi judul Firegate: Piramida Gunung Padang. Lekat sekali dalam memori bahwa
film ini telah disiarkan cuplikan promonya pertengahan tahun 2016, persis
tengah ramainya bioskop dibanjiri penonton libur lebaran. Namun, film yang
memanfaatkan teknologi CGI canggih ini baru menyapa masyarakat di pertengahan
tahun 2017. Sepanjang penantian menunggu film ini rilis, maka hanya spekulasi
yang dibiarkan liar berkembang sekaligus satu tanda tanya besar: “Sanggupkah
film nasional kita mengeksekusi tema sebesar ini?”
Rasanya penempatan kata ‘neraka’ pada
judul film ini terasa ambigu. Sejenak membayangkan neraka, maka berisi
ketakutan yang maha dan berbagai siksa-siksa pedih. Namun film ini terkesan
mengajak penonton untuk beranalogi seputar tuntutan peradaban lewat elegi
berbau filsafat. Walau tidak terlalu berat pembahasan mengenai filsafat terkait
konteks neraka ini, namun neraka sebagai metafora mampu mengalirkan optimisme terhadap
masyarakat milenial untuk terus aktif memecahkan banyak permasalahan negeri ini
sekalipun warisan dari masa lampau.
Keputusan mengemas film ini dalam nuansa
petualangan dan horor tampaknya tidak proporsional. Sentuhan data-data histori
begitu terlihat akurat dengan visualisasi data yang memancing perhatian. Tetapi
kemunculan makhluk-makhluk astral yang disebut pesuruh jin utama bernama Badurakh terasa menganggu validitas
perjalanan para karakter memaknai eskavasi peneliti situs Gunung Padang. Terlebih
tepat di pembukaan film, maklumat yang menyerukan bahwa film ini secara
totalitas fiksi langsung menjatuhkan ekspektasi tinggi penonton yang menggebu
minatnya mencari tahu seputar eksistensi Gunung Padang. Tetapi kekuatan film
ini terasa oleh penataan cerita tiga tokoh utama—yang direpresentasikan sebagai
visi Gold, Glory, dan Gospel—dalam melihat Gunung Padang
sebagai sasaran penggalian harta pengetahuan besar untuk dunia. Dan film ini
memberikan dorongan bagi masyarakat Indonesia untuk semakin bangga dengan Tanah
Air tercinta. Betapa sumbangsih ilmu pengetahuan melalui peninggalan purbakala
saja mampu mengubah masa depan negeri ini menjadi peradaban yang berorientasi
pada progresivitas.



Komentar
Posting Komentar