HEADLINE - Jokowi Minta ASEAN-Australia Tingkatkan Kerja Sama Tangani Terorisme
H E A D L I N E N E W S
Jokowi Minta
ASEAN-Australia Tingkatkan Kerja Sama Tangani Terorisme
HDL No. 31 / 19 Maret 2018 / Liputan6.com
Presiden Joko Widodo berbicara di Forum CEO Lunch saat
pertemuan ASEAN-Australia Special Summit 2018 di Sydney (17/3). Jokowi pidato
di depan ratusan CEO, pelaku usaha kecil dan menengah di ASEAN-Australia
Bussiness Forum.(Mark Metcalfe/Pool Photo via AP)
"Saya apresiasi Australia atas upaya memajukan kerja sama counter-terrorism dengan ASEAN. Kerja sama di bidang ini jadi perhatian semua negara. Hal ini sangat dipahami mengingat sampai saat ini ancaman terorisme tidak berkurang, termasuk di kawasan kita," kata Jokowi saat pidato di Sidang Pleno KTT Istimewa ASEAN-Australia di International Convention Centre Sydney Australia, Minggu (18/3/2018).
Sejauh ini, kata Jokowi, Indonesia, Australia, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam dan Selandia Baru telah membangun kerja sama penanggulangan teror pascainsiden di Marawi.
"Kerja sama ini sangat praktis dan hasilnya langsung dapat dirasakan," ucap Jokowi seperti dikutip dari setkab.go.id.
Jokowi juga menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman 'ASEAN-Australia MoU on Cooperation to Counter International Terrrorism'. Nota kesepahaman ini, sambung Jokowi, akan menjadi penguat upaya memerangi ancaman terorisme.
"Dari observasi saya, MoU ini menekankan keseimbangan antara pendekatan keras dan lunak," ujar Jokowi.
Pendekatan Lunak
PM Australia Malcolm Turnbull mengajak Sultan Brunei
Darussalam Hassanal Bolkiah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan swafoto
pada jamuan makan malam disela kegiatan ASEAN-Australia Special Summit 2018,
Sabtu (17/3). (ANDREW TAYLOR/ASEANINAUS/AFP)
Menurut Jokowi, pendekatan keras saja tidak cukup untuk mengatasi ancaman terorisme
dan radikalisme dan perlu diimbangi dengan pendekatan lunak."Kegagalan pencegahan tidak saja akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian besar lainnya, namun juga memicu reaksi eksesif yang tidak perlu terjadi. Oleh karena itu, kerja sama pengembangan kapasitas pencegahan terjadinya serangan perlu terus ditingkatkan," terang Jokowi.
Sementara itu, untuk pendekatan lunak Jokkwi membagi pengalaman mengenai upaya deradikalisasi dan kontra radikalisasi di Indonesia. Salah satu contohnya adalah pelibatan para mantan narapidana terorisme yang sudah insaf dalam upaya mencegah membesarnya ancaman radikalisme dan terorisme. Para mantan narapidana terorisme ini juga difasilitasi untuk bertemu dengan keluarga korban.
"Mereka telah menjadi agen penyebaran toleransi dan nilai perdamaian. Dengan bantuan para mantan narapidana ini keluarga dan lingkungan mereka justru lebih mudah diubah menjadi lingkungan yang toleran dan damai," ungkap Jokowi.
Jokowi juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki dua organisasi Islam yang besar yaitu Muhamadiyah dan Nahdlatul Ulama yang sangat membantu pemerintah dalam menyebarkan nilai toleransi dan perdamaian.
Selain itu, khusus untuk kontra-radikalisasi, Jokowi menyoroti pentingnya pelibatan para anak muda milennial. Menurutnya, para anak muda ini telah menjadi 'duta-damai' yang efektif karena mereka menggunakan bahasa yang dipahami oleh generasinya.




Komentar
Posting Komentar