FILM REUNI Z: KRISIS BERFANTASI, RAWAN HALUSINASI
G E B Y A R F I L M
I N D O N E S I A
REUNI
Z:
KRISIS
BERFANTASI,
RAWAN
HALUSINASI
Oleh
Moch.Taufik Hidayatullah
No. 54 / MINGGU 6 – 13 Mei –
19 Mei / Gebyar Film Indonesia
Setelah meroket dengan Pengabdi Setan (2017), Rapi Film menggaet Soleh Solihun dan Monty
Tiwa untuk film horor komedi terbaru mereka bertajuk Reuni Z (2018). Berbagai ekspektasi tinggi menyerbu sejak berita
peredaran film ini disiarkan. Menapaktilasi sejenak jejak rekam Rapi Film,
terbukti film Hangout (2016) juga
membuktikan kejayaan horor komedi yang digandrungi penonton Indonesia. Entah
hendak mengulangi kesuksesan atau bereksperimen dengan sebuah ide cerita yang
jarang ditemukan dalam layar lebar Indonesia, Reuni Z membeberkan sebuah realita baru dalam urusan fantasi baru
di tengah stok narasi cerita industri film nasional.
Berpusat pada kisruh penemuan cairan mematikan yang
menginjeksi seekor kera hasil produksi laboratorium, kekacauan mulai terjadi
sejak seorang penjual bakso keliling terjangkit penyakit aneh. Keluarnya cairan
berwarna hijau yang mengguncang kestabilan kesehatan dan saraf akhirnya menular
ke seluruh penjuru dengan sistem estafet. Dapat ditebak apabila cairan tersebut
masuk ke dalam adonan bakso yang dibuatnya lalu dilahap oleh berbagai orang
yang memesan. Menyebarlah penyakit aneh bin ajaib ini ke seluruh penjuru hingga
menjadikan korban-korbannya bak zombie yang terus mencari korban. Puncaknya
sebuah acara reuni angkatan di sebuah sekolah gempar oleh serangan zombie-zombie
ini. Di sinilah tagline yang berbunyi
‘waktunya teman makan teman’ terasa kuat untuk cerita film Reuni Z.
Ide awal dari cerita Reuni
Z sesungguhnya sangat menarik jika dieksekusi secara terarah. Sayangnya
penanganan terhadap kontekstual cerita yang minim baik dari perlakuan yang
sifatnya ilmiah karena menyangkut penemuan teknologi cairan kimiawi sampai
jalan keluar yang dipilih begitu instan sehingga tergesa-gesa diakhiri. Tetapi
Rapi Film kelihatannya gagal mencuri perhatian karena krisis fantasi untuk konsep
penyerangan zombie. Parahnya film ini bukan mengajak penonton untuk dapat
menerima realita ini sebagai sesuatu yang dapat dibenarkan keberadaannya
melainkan sebagai aktivitas halusinasi yang memburamkan antara mana yang waras
dan yang tidak.
Mengakhiri narasi apresiasi film Reuni Z, film ini cocok untuk dijadikan tontonan yang menghibur.
Tetapi apabila menyerukan film ini sebagai horor komedi maka tidak dapat
dibenarkan sepenuhnya karena modal dasar untuk sebuah film horor masih jauh
dari kata memadai. Namun keberanian—yang lebih aman disebut untuk sebuah
kenekatan—berfantasi atas ide yang segar layak diacungi jempol. Sentuhan komedi
yang sebenarnya sudah cukup menggigit di bawah komando Soleh Solihun yang
populer sebagai pelawak milenial kekinian. (GN-©MTH)





Komentar
Posting Komentar