HEADLINE - Tragedi Pembagian Sembako di Monas, Perizinan Jadi Pangkal atau...?



HEADLINE: Tragedi Pembagian Sembako di Monas, Perizinan Jadi Pangkal atau...?
HDL MINGGU IV A - 29 April – 05 Mei / Liputan6.com
04 Mei 2018

Ribuan warga menyambangi Monas dalam kegiatan bagi-bagi sembako (Liputan6.com/ Ady Anugrahadi)

Liputan6.com, Jakarta - Komariyah masih terpukul. Ia terus mengenang putranya, MRS, yang telah tiada. Bocah 10 tahun itu meninggal dunia pada Minggu, 30 April 2018 lalu, sehari setelah acara pembagian sembako di Monas.
"Ya Allah, saya enggak ada temannya lagi...Saya nanti sendiri," kata perempuan 49 tahun itu nelangsa kepada Liputan6.com, Kamis (3/5/2018). Anak-anak lain, yang lebih besar, sudah bekerja. 
Komariyah bercerita, pada Sabtu pagi, ia dan putranya berangkat dari rumahnya di Pademangan, Jakarta Utara. Dengan kupon di tangan, mereka bersemangat menuju Monas. Konon, ada pembagian sembako gratis, dapat makan siang, dan berpeluang memenangkan undian hadiah.
Bersama warga yang lain, mereka menumpang bus yang disediakan panitia, berangkat dari Ruko Permata Ancol. Pukul 10.00 WIB, mereka tiba di kawasan Monas.
Namun, kondisi di lokasi pembagian sembako di Monas tak seindah bayangan. Warga tak langsung mendapatkan paket yang dijanjikan. Pemilik kupon harus menghampiri stan demi stan, untuk mendapatkan beras, gula, minyak, kupon makan, kupon hadiah, dan seterusnya. Itu berarti mereka tak hanya antre sekali. 
Warga menukarkan kupon untuk mendapatkan sembako gratis dalam acara
Komariyah menambahkan, jelang siang, suasana kian tak nyaman. Ribuan manusia berjejal di tengah cuaca yang panas menyengat. 
Para pemilik kupon yang sedang antre pun gelisah. Mereka yang tak sabar mencoba menyalip giliran. Aksi saling dorong pun terjadi. Situasi pun ricuh, teriakan emosi, seruan dari panitia, serta tangis dan jeritan bocah-bocah cilik yang diajak orangtuanya bercampur jadi satu.
Saat itu, Komariyah mengaku putranya minta diturunkan dari gendongan. Bocah itu mengaku lapar. Mereka pun mengantre di stan penukaran kupon makan. 
Tatkala sedang antre, aksi dorong kembali terjadi. Pertama, dorongan datang dari bagian belakang. Kala itu, Komariyah dan putranya masih baik-baik saja. 
Tiba-tiba, dorongan datang dari arah depan. Saat itulah, MRS terjatuh dan terinjak-injak. Dengan perjuangan, Komariyah berhasil menarik anaknya keluar dari kerumunan dan melarikannya ke bawah pohon.

Komariyah masih belum percaya anaknya, Rizki Syaputra (10), meninggal saat antre sembako gratis di Monas.
Di situ, bocah berkebutuhan khusus tersebut muntah disertai kejang-kejang. Padahal, saat berangkat ia dalam kondisi sehat. 
Dua orang anggota TNI yang melintas lalu membawa MRS ke posko kesehatan di lingkungan Monas. Lantaran fasilitas tidak memadai, ia langsung dirujuk ke RSUD Tarakan, Jakarta Pusat.
Namun, MRS tak mampu bertahan. Ia dinyatakan meninggal dunia pada Minggu dini hari pukul 04.35 WIB. Komariyah merasa kehilangan anaknya tak sepadan dengan paket sembako gratis. Namun, sesal selalu datang belakangan.
"Maafin emak ya...," kata dia untuk putranya yang telah berpulang, dengan suara lirih. 
MRS bukan satu-satunya korban jiwa. MJ, seorang bocah 12 tahun, juga meninggal dunia setelah menghadiri acara pembagian sembako gratis di Monas.
"Kami sangat prihatin ada dua korban yang mesti kehilangan nyawanya. Dua-duanya warga Pademangan," ucap Wakil Gubernur DKI, Sandiaga Uno, di kantornya, Jakarta, Senin, 30 April 2018. 
Keduanya diduga tewas karena terinjak-injak. Kericuhan dalam pembagian sembako itu berbuntut panjang. Panitia dianggap tidak mampu mengelola acara yang menghadirkan banyak orang.
Komariyah, didampingi kuasa hukumnya, melaporkan Ketua Panitia Penyelenggara Pesta Rakayat Forum Untukmu Indonesia, Dave Revano Santoso, ke Bareskrim Mabes Polri pada Rabu 2 Mei 2018.
Infografis Sembako Maut di Monas (Liputan6.com/Triyasni)
Laporan polisi itu teregister dengan Nomor: LP/578/V/2018/Bareskrim. Dave dilaporkan dengan dugaan tindak pidana kelalaian yang mengakibatkan kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 359 KUHP.
Liputan6.com mencoba menghubungi Dave berkali-kali. Namun, ia tidak merespons pesan dan panggilan telepon.
Padahal, beberapa hari sebelumnya, ia masih terbuka meluangkan wawancara dengan seputar insiden di Pesta Rakyat ke beberapa media. Kepada sejumlah wartawan, ia membantah aksi kelompoknya itu terkait partai politik tertentu.

Komentar

Postingan Populer